Generasi Penerus Batik Trusmi, Budaya dan Bisnis Berjalan Beriringan
Generasi
Penerus Usaha Batik Trusmi, Menjaga Kelestarian Budaya Bangsa
Menyusuri pagi di sekitar Desa Trusmi, Plered di Kabupaten Cirebon
sekilas terasa mirip dan hampir sama dengan jalanan di daerah Tirtodipuran atau
Prawirotaman, Yogyakarta. Dan tidak salah kalau ternyata kedua wilayah ini juga
memiliki kesamaan yakni wilayah pemukiman pengrajin batik. Di Desa Trusmi,
tidaklah sulit menjumpai butik, jemuran kain-kain batik, atau para pengrajin
yang sedang membatik. Kesibukan proses batik membatik ini salah satunya
terlihat di kediaman Pak Iman Priyanto atau yang sering disapa dengan nama “Pak
Kuwu”.
Boleh dibilang Pak Iman adalah generasi penerus usaha batik, yang mana
diyakini saat ini pengrajin batik di Trusmi merupakan generasi ke-12 sampai ke-14.
Pak Iman memulai usahanya sejak usia remaja, yang diawali dengan membantu usaha
orang tuanya. Pemasaran kain batik dan desainnya mulai menemui hambatan ketika
industri tekstil marak pada tahun 1990-an, harga bahan baku yang tidak stabil, selera
busana masyarakat yang sudah beragam, belum ditambah masuknya impor busana dari
Cina yang terkenal dengan harga murah. Hambatan demi hambatan dilalui oleh Pak
Iman dan para pengrajin lainnya dengan rasa solidaritas, sabar, keuletan, dan
ketekunan.
Kini Pak Iman telah memiliki pasar dan langganan tetap yang terus
datang mengalir dari para pelanggan setianya. Tiap awal tahun ajaran baru
sekolah banyak pesanan yang berdatangan, salah satu strategi pemasaran yang
dilakukan beberapa tahun sebelumnya ternyata berhasil. Pak Iman waktu itu
menawarkan produknya pada sekolah-sekolah dan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Barat di Bandung. Bagi Pak Iman, meski memperoleh keuntungan tipis haruslah
disyukuri, yang lebih penting adalah keberlanjutan rejeki dan pekerjaan bagi
para pegawainya yang saat ini sudah mencapai puluhan orang. Pak Iman telah
menjadikan usaha sebagai jalan untuk memberikan arti dan makna kehidupan bagi
orang lain dan masyarakat di sekelilingnya. Mungkin hal inilah yang membuat
dirinya sangat dikenal, dihormati, dan disegani oleh banyak orang di
lingkungannya.
Saat ini Pak Iman memiliki keinginan untuk dapat memasarkan produknya
lebih luas ke mancanegara, lebih sering mengikuti pameran, dan bekerjasama
dengan para perancang busana di tingkat lokal ataupun nasional. Pak Iman yakin
meski banyak daerah memiliki industri kerajinan batik seperti Yogyakarta, Solo,
ataupun Pekalongan namun tiap daerah tetap memiliki ciri dan karakternya
masing-masing. Ciri dan karakter yang dapat berbeda di motif, proses pembuatan,
bahan pembuatan, atau di finishing-nya.
Pun ciri serta karakter yang dimiliki Batik Cirebon inilah yang selalu
diperlihatkan, dikreasikan, dan dipasarkan untuk menguatkan citra Batik
Cirebon.
Pembelajaran yang dapat diperoleh dari perjalanan usaha Pak Iman
Priyanto ini antara lain
§
Selalu mengembangkan pandangan dan
sikap positif (santun, keterbukaan, senyum ramah, dan kebaikan) kepada setiap
orang. Pak Iman percaya pribadi yang baik dan santun akan memberikan rasa
saling percaya, penerimaan orang lain pada dirinya, dan kebersamaan.
§
Selalu merasa optimis, rasa yakin
bahwa usahanya akan selalu berhasil merupakan salah satu cara berdoa dan
menjadi kekuatan pikiran yang positif.
§
Silaturahmi apabila ada waktu
senggang, merupakan salah satu cara yang sangat efektif untuk memasarkan
produk, memperoleh info terbaru, ataupun mengembangkan jaringan usaha.
------------------------------------
Pemateri dan Penulis :
Soeksmono Atmowardojo
Penggiat dan aktif dalam
kegiatan pemberdayaan para pelaku UMKM, yakni mengadakan pelatihan, konsultasi,
dan pendampingan usaha bagi para pelaku UMKM
Email :
monocinde@gmail.com
Tidak ada komentar